IMAN DI TENGAH KRISIS KEHIDUPAN – PART 1

Kita mungkin sudah sangat kenal dengan cerita tentang Ayub yang saleh hidupnya seperti yang tertulis dalam Ayub 1:1: “Ada seorang laki-laki di tanah Us bernama Ayub; orang itu saleh dan jujur; ia takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” Dan kita mungkin juga bertanya-tanya mengapa orang saleh ditimpa kemalangan bertubi-tubi. Namun janganlah kita lupa bahwa Ayub didapati Tuhan benar responnya. Tidak sekalipun dia menuduh Tuhan telah berbuat curang. 

Jangan pernah sekali-kali menaruh rasa curiga pada Tuhan. Dia sangat mengasihi kita dan selalu memikirkan apa yang terbaik untuk hidup kita, jauh sebelum kita sendiri sanggup memikirkannya. Tuhan menyediakan kita sebagai jawaban bagi hidup orang lain.  

Di tengah krisis kehidupan, kita harus menjadi bagian dari solusi dan bukan problema. Jadilah jawaban bagi pergumulan orang lain, sebab tugas kita adalah menjernihkan dan bukan memperkeruh masalah dunia. Apa saja yang bisa kita pelajari dari kehidupan Ayub? 

1. Kemakmuran dan kesalehan harus berjalan bersama.
“Ia mendapat tujuh anak laki-laki dan tiga anak perempuan. Ia memiliki tujuh ribu ekor kambing domba, tiga ribu ekor unta, lima ratus pasang lembu, lima ratus keledai betina dan budak-budak dalam jumlah yang sangat besar, sehingga orang itu adalah yang terkaya dari semua orang di sebelah timur.” (Ayub 1:2-3)Janganlah mengejar sukses dengan cara dunia, tetapi kejarlah dengan takut akan Allah. Iman yang murni adalah harta kita yang paling mewah. Mintalah kepada Tuhan iman yang dipenuhi dengan kesalehan dan kejujuran. 

2. Aset dan kepercayaan tertinggi dari Tuhan dalam hidup kita adalah manusia dan hubungan dengan sesama.
“Anak-anaknya yang lelaki biasa mengadakan pesta di rumah mereka masing-masing menurut giliran dan ketiga saudara perempuan mereka diundang untuk makan dan minum bersama-sama mereka. Setiap kali, apabila hari-hari pesta telah berlalu, Ayub memanggil mereka, dan menguduskan mereka; keesokan harinya, pagi-pagi, bangunlah Ayub, lalu mempersembahkan korban bakaran sebanyak jumlah mereka sekalian, sebab pikirnya: "Mungkin anak-anakku sudah berbuat dosa dan telah mengutuki Allah di dalam hati." Demikianlah dilakukan Ayub senantiasa.” (Ayub 1:4-5)
Kasihilah setiap orang yang ada di sekeliling Anda dengan cara yang benar dan berkenan kepada Tuhan. Di tengah krisis kehidupan, pakailah waktu yang ada untuk mencari Tuhan dan memperbaiki prioritas hidup kita. Kadang-kadang Tuhan mengijinkan krisis terjadi di kehidupan kita untuk alasan detoksifikasi. Artinya, di masa susah Tuhan sedang memurnikan hati kita dari keakuan dan pengaruh-pengaruh duniawi yang telah meracuni hati tanpa kita sadari. Masa krisis bisa mengajari kita untuk lebih bersandar kepada-Nya. 

3. Janganlah mencari pujian dari manusia, sebab pujian yang berarti hanyalah dari Tuhan!
“Pada suatu hari datanglah anak-anak Allah menghadap TUHAN dan di antara mereka datanglah juga Iblis. Maka bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Dari mana engkau?" Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Dari perjalanan mengelilingi dan menjelajah bumi." Lalu bertanyalah TUHAN kepada Iblis: "Apakah engkau memperhatikan hamba-Ku Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan.” (Ayub 1:6-8)
Manusia tidak tahu masa depannya, maka itulah semua orang memerlukan Tuhan. Yang punya Tuhan Yesus tenang, sebab mereka tahu bahwa Dia hidup dan memegang hari esok. Selama kita hidup di dunia, tidak ada seorangpun yang luput dari jangkauan setan. Si ular tua itu bisa mencobai siapa saja sebab dia ingin menghancurkan setiap manusia. Namun demikian, janganlah takut karena Roh Tuhan di dalam diri kita lebih besar dari pada semua roh yang ada di dalam dunia. Oleh sebab itu, lawanlah Iblis dengan iman yang teguh! Tuhan memberi pujian kepada Ayub bukan karena kesehatan dan hartanya, tetapi karena karakternya yang saleh dan jujur. Takut akan Tuhan itu ialah menjauhi kejahatan, dan itulah yang Tuhan suka. 

4. Tuhan adalah Pengasih. Setan adalah pendakwa.
“Lalu jawab Iblis kepada TUHAN: "Apakah dengan tidak mendapat apa-apa Ayub takut akan Allah? Bukankah Engkau yang membuat pagar sekeliling dia dan rumahnya serta segala yang dimilikinya? Apa yang dikerjakannya telah Kauberkati dan apa yang dimilikinya makin bertambah di negeri itu. Tetapi ulurkanlah tangan-Mu dan jamahlah segala yang dipunyainya, ia pasti mengutuki Engkau di hadapan-Mu." Maka firman TUHAN kepada Iblis: "Nah, segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau mengulurkan tanganmu terhadap dirinya." Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN.” (Ayub 1:9-12)
Terkadang di masa krisis, kita baru menyadari bahwa hal sederhana pun berharga setelah itu terambil dari kita. Terlebih indah, dalam keseharian kita, jangan tunggu berkat tertentu hilang baru bisa menghargainya! Jika tidak bisa melihat ke depan, lihatlah dulu ke belakang dan hitunglah satu per satu kebaikan Tuhan di masa lalu. Itu akan membangkitkan iman. Di masa krisis kehidupan, mendekatlah kepada Tuhan dengan sengaja dan janganlah biarkan hati ini didakwa oleh setan. 

5. Pikirkanlah kebenaran (firman), bukan kesalahan (diri sendiri dan orang lain).
“Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya, dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, katanya: "Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi, TUHAN yang mengambil, terpujilah nama TUHAN!" Dalam kesemuanya itu Ayub tidak berbuat dosa dan tidak menuduh Allah berbuat yang kurang patut.” (Ayub 1:20-22)
Setan bisa bekerja di hati orang-orang yang tidak taat kepada Tuhan. Setan bisa menyebabkan penyakit, atau minimal mengambil keuntungan dari padanya. Namun demikian, di masa sulit tidak perlu was-was, sebab pencobaan itu tidak akan melampaui kekuatan kita. Bagaimanapun juga, kuasa setan itu terbatas; jadi kita tidak perlu takut apa yang dia bisa lakukan terhadap kita. Yang perlu kita “takuti” justru adalah Tuhan, yang kuasa-Nya tidak terbatas atas kita. 

Apapun yang kita alami di dunia ini ada solusinya pada Tuhan. Janganlah kehilangan iman saat krisis kehidupan, justru pakailah iman untuk segala sesuatu sebelum melakukan segala perkara. Atasilah krisis bersama dengan Tuhan! 

Jika mau berdoa, berdoalah ke arah firman Tuhan. Maka itu doakanlah agar yang sakit disembuhkan, sebab untuk tambah parah bisa terjadi tanpa doa. Jika mau berdoa, berdoalah untuk mujizat. Maka itu doakanlah agar yang mustahil terjadi, sebab apa yang normal bisa terjadi tanpa doa. Jika mau berdoa, berdoalah untuk kelepasan. Maka itu doakanlah agar Tuhan membebaskan, sebab untuk tetap menjadi tawanan bisa terjadi tanpa doa. Jika mau berdoa, berdoalah dengan iman! Iman itu “mengusahakan” yang kita doakan, dengan cara terus meminta, mencari, dan mengetok pintu Sorga.

Disarikan dari khotbah Ps. Philip Mantofa, 29 Maret 2020
https://youtu.be/cNKyehOXOeY